PURBALINGGA - Wisata minat One
day Adventure menjadi ajang promosi
wisata dan mampu mendongkrak kunjungan wisatawan ke Purbalingga. Lebih dari
2.000 peserta meramaikan kegiatan yang bertajuk ‘Wijaya Kusuma Trail Adventure
I Dim 0702 Purbalingga 2014’, yang mengambil star dan finish di Obyek Wisata Air
Bojongsari (Owabong), Minggu (7/12).
Kegiatan tersebut diselenggarakan Owabong bekerjasama
dengan Kodim 0702, Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda & Olah Raga
(Dinbudparpora) Purbalingga, Komunitas Trabaser, Perum Perhutani dan support
dari Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Jateng.
Para
trabaser (peserta trail Adventure) tidak hanya berasal dari Jateng saja, tetapi
juga dari Jabar, Jatim, DKI Jakarta, Yogyakarta, bahkan dari luar Pulau Jawa. Peserta
dari luar Jawa yang mengikuti ajang itu antara lain berasal dari Kalimantan
Barat. “Panitia sebelumnya hanya mentargetkan 1.000 trabaser, namun animonya
sungguh luar biasa. Tercatat sekitar 2.003 peserta mengikuti kegiatan yang baru
pertama kali kami gelar,” kata ketua panitia Eko Susilo.
Kedatangan
para trabaser tidak hanya sendiri, bahkan mereka membawa serta keluarga sembari
menikmati Owabong dan sejumlah destinasi wisata lainnya di Purbalingga. CottageOwabong bahkan full booked dan tidak ada kamar yang tersisa. Homestay disekitar
Owabong di Bojongsari dan homestay di Desa Wisata Karangbanjar juga mendapat imbasnya. “Kami senang bias mengikuti
kegiatan rekreatif adventure ini dan sekaligus mengajak keluarga untuk
berwisata ke Purbalingga,” ujar Asep, salah seorang peserta dari Bekasi Jabar.
Kegiatan
trail adventure juga mampu menggerakan usaha mikro kecil menengah disekitar
Owabong dan juga sebagai ajang promosi batu Klawing yang belakangan diburu para
penggemar di berbagai wilayah di Indonesia. Stand penjualan batu Klawing yang
digelar di lokasi finish di sekitar Owabong Cottage juga dibanjiri pengunjung.
Harga souvenir batu Klawing yang berupa cincin dan batu utuh mulai dari Rp 50
ribu hingga Rp 2,5 juta.
“Selama
ini saya hanya mendengar batu Klawing jenis panca warna, nogosuwi dan Le Sang
Du Christ (batu darah Kristus) hanya di media saja, namun dengan mengikuti
kegiatan trail adventure sekaligus bias membeli untuk oleh-oleh. Kebetulan saya
juga kolektor cincin batu,” ujar Iwan, salah seorang peserta dari Yogyakarta.
Bupati
Purbalingga Sukento Rido Marhaendrianto mengatakan, kegiatan trail adventure
mampu menjadi ajang promosi destinasi wisata di Purbalingga. Kegiatan wisata minat
semacam ini perlu dikembangkan karena mampu menjadi pengungkit bergeraknya sektor
lain seperti produk UMKM dan sector riil lain. “Kami semakin yakin dengan
besarnya minat mengikuti kegiatan rekreatif
seperti ini maka destinasi wisata Purbalingga semakin dikenal masyarakat
luas. Penghargaan Travel Club Tourism Award yang baru kami terima akhir bulan
lalu tentunya tidak sia-sia, dan semakin menguatkan kota Purbalingga sebagai kota
wisata,” tegas Sukento.
Rute Kaki Gunung Slamet
Dibagian lain Eko Susilo mengatakan, peserta menempuh jarak sekitar 70 kilometer yang terbagi dalam
empat etape. Etape I star dari Owabong – Katel Klawu Mrebet, etape II Katel
Klawu – Desa wisata Serang (rest area), etape III Desa wisata Serang – Goa
Lawa, dan etape IV Goa Lawa – Owabong. Jarak yang dilalui tersebut terbagi
dalam 30 persen kategori jalur ekstrem, 20 persen midle, dan 50 persen jalur
fun. Etape ini seluruhnya berada kaki Gunung Slamet di sisi Tenggara dan
Selatan Gunung Slamet.
“Kami
sengaja mengambil jalur di kaki Gunung Slamet, hal ini sekaligus untuk meyakinkan
wisatawan bahwa kondisi Gunung Slamet yang masih berstatus Siaga tidak
berpengaruh terhadap obyek wisata dan aktifitas masyarakat disekitarnya. Jadi
tidak perlu takut jika akan berwisata ke Purbalingga, semua aman-aman saja,”
tegas Eko.
Sementara
itu Kepala Bidang Pariwisata Dinbudparpora Ir Prayitno, M.Si yang juga anggota
panitia menyambut baik event rekreatif ini. Dinbudparpora mendorong event ini
akan jadi event rutin dan sekaligus sebagai sarana promosi wisata. “Dampak dari
kegiatan ini jelas, selain memberikan pendapatan kepada obyek wisata, juga
dampak multiplier effect dari kunjungan wisata para trabaser beserta keluarganya,”
kata Prayitno.
No comments:
Post a Comment